Selasa, 27 November 2012

Pengantar Buku Cabai Rawit karya sudarmanto dan bayu


Prakata Dengan adanya lahan dan iklim pertanian yang mendukung dibandingkan dengan negara lain, Indonesia mempunyai potensi yang besar dalam bidang pertanian. Sejarah budaya pertanian pada jaman kerajaan yang kaya akan kearifan lokal di tiap-tiap daerah di indonesia membuat catatan tersendiri tentang indonesia. Namun, sejak adanya revolusi hijau di Indonesia demi mengejar swasembada pangan di bidang pangan tahun 1966 yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan, Kondisi pertanian Indonesia berubah. Warisan budaya pertanian Indonesia pun mulai surut. Dalam pemahaman yang lebih mendasar, revolusi Hijau ini merupakan produk globalisasi untuk menciptakan pasar benih dan pestisida kimia. Namun, seperti yang dikritik oleh Yosef Hader (2007) terhadap revolusi Hijau adalah pencemaran lingkungan, ketidak-merataan pendapatan, ketidak-merataan distribusi aset, dan meningkatkan kemiskinan absolut. Berkaitan dengan pencemaran lingkungan, hal ini dikarenakan pemakain bahan-bahan sintetis/non organik dalam pemupukan dan penanggulangan hama. Bahan-bahan ini sudah lazim dan selama 30 tahun dipakai oleh sebagian besar petani di Indonesia. Hal ini membuat kualitas tanah menurun jika dilihat dari kondisi tanah sebelum dan sesudah memakai pupuk dan pestisida tersebut. Tetapi dapatkah kita bertani tanpa harus memakai bahan-bahan non organik tersebut? Berbagai alternatif ditawarkan, salah satunya adalah buku ini. Dalam buku ini dijelaskan suatu solusi yang bisa menjadi suatu demonstrasi plotting untuk pertanian dengan metode organik, yaitu bertanam cabai rawit dengan metode organik. Suatu demonstrasi plotting yang akan membuktikan bahwa kita dapat mengembalikkan kesuburan tanah kita, dan ada solusi kita dapat bertani dengan membuat pupuk dan pestisida sendiri. Selamat bertani. Penulis. Sudarmanto Bayu Kurniawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar